Lebih Hemat Listrik Token atau Meteran? Ini Perbandingannya!
Seorang pembaca bertanya via inbox "Min, lebih hemat mana sih antara listrik token dan meteran lama?". Yuk, simak jawaban mimin di sini.
Gimana kabarnya? Semoga kita semua selalu sehat, di artikel kali ini mimin akan menjawab pertanyaan yang cukup sering ditanyakan orang, yakni terkait penggunaan meteran listrik.
Sejak beberapa tahun lalu, PLN gencar melakukan konversi dari meteran lama (pascabayar) ke meteran token digital (prabayar), atau sering disebut juga dengan smart meter (listrik pintar).
Bahkan, untuk pemasangan listrik baru sekarang ini, PLN tidak lagi mengeluarkan meteran lama, tetapi pelanggan akan langsung diberikan meteran listrik token.
Oleh karena masyarakat selama ini telah terbiasa menggunakan meteran listrik pascabayar, banyak yang mempertanyakan soal boros atau tidaknya meteran listrik token ini.
Ada anggapan yang berkembang di masyarakat bahwa meteran listrik token lebih boros daripada meteran lama, alasannya karena pembelian listrik mereka lebih banyak daripada tagihan listrik pascabayar dulu.
Tetapi, ada juga yang justru mendapatkan fakta sebaliknya di mana setelah menggunakan meteran token, konsumsi listriknya justru jadi lebih hemat.
Kalau begitu, sebenarnya lebih hemat mana sih listrik token atau meteran lama?
Nah, mimin punya penjelasan khusus tentang fenomena-fenomena di atas sekaligus akan menjawab adu hemat antara meteran listrik token dan meteran lama.
Yuk, langsung saja simak uraian berikut ini...
Meteran Listrik Token Vs Meteran Lama, Hemat Mana?
Sebenarnya, dari segi penggunaan listrik, antara meteran listrik token dan meteran lama, besaran konsumsinya sama saja, tidak ada yang lebih hemat atau lebih boros.
Coba saja pakai kedua jenis meteran ini untuk mengukur konsumsi listrik yang sama, pasti hasilnya akan sama saja, tidak mungkin ada perbedaan dari keduanya.
Sebab, meteran listrik itu hanyalah alat yang berfungsi untuk mengukur pemakaian listrik dan tidak ada fungsi penghematan pada alat ini.
Jadi, soal hemat atau borosnya konsumsi listrik tidak ditentukan oleh jenis meteran, tetapi lebih kepada pola penggunaan Anda sehari-hari.
Listrik rumah akan hemat jika Anda menggunakannya secara efektif dan efisien, hanya menyalakan peralatan sesuai kebutuhan, serta memakai alat-alat yang low watt sehingga lebih hemat listrik.
Anda bisa belajar cara menghemat listrik di sini: Cara Menghemat Listrik.
Sebaliknya, listrik rumah akan boros jika Anda menggunakan alat-alat berdaya listrik tinggi, apalagi jika digunakan tidak sesuai kebutuhan, maka biaya listrik pasti tekor terus.
Olehnya itu, ketika listrik di rumah Anda sedang boros, maka jangan lihat meterannya, tetapi coba selidiki pemakaian Anda.
Meski, harus diakui terkadang ada juga kondisi di mana pemakaian listrik telah dikurangi seminimal mungkin, tetapi biaya listrik tetap tinggi.
Mengenai hal tersebut, mimin telah membahasnya di sini: Penyebab Listrik Boros padahal Pemakaian Sedikit.
Tapi Pembelian Token Lebih Banyak daripada Tagihan Pascabayar
Nah, di bagian ini mimin akan menjawab fenomena di mana setelah menggunakan meteran token, pembelian listriknya justru lebih tinggi daripada tagihan listrik ketika masih menggunakan meteran pascabayar dulu.
Harus diperjelas terlebih dahulu yang dimaksud dengan "lebih tinggi" itu, karena jika perbedaannya hanya beberapa ribu rupiah saja, maka perbedaan itu tidak dianggap signifikan.
Baru bisa dianggap signifikan jika sebelumnya pada meteran lama pascabayar, Anda hanya membayar tagihan sebesar Rp. 300 ribu/bulan, tetapi setelah diganti meteran token, pembelian listrik Anda jadi Rp. 500 ribu/bulan.
Ada beberapa kemungkinan penyebab, di antaranya adalah:
1. Meteran Lama Rusak
Ini penyebab yang paling umum terjadi di mana meteran lama Anda itu sebenarnya telah rusak, akibatnya meteran tidak lagi mengukur penggunaan listrik secara akurat.
Meteran lama pascabayar itu masih analog dengan komponen-komponen mekanik sehingga gerakannya rawan tersendat atau macet karena usia.
Kerusakan tersebut membuat pengukuran daya terganggu, daya yang Anda gunakan lebih besar daripada daya yang terukur di meteran listrik.
Nah, ketika diganti dengan meteran token, pengukuran listrik menjadi normal kembali, daya terpakai dan terukur sudah sesuai, ternyata menghabiskan Rp. 500 ribu sebulan.
Jadi, dulu itu harusnya Anda juga bayar Rp. 500 ribu, cuma karena meterannya tersendat/macet, kWh meter yang tercatat hanya setara dengan Rp. 300 ribu.
2. Terjadi Penambahan Alat Listrik
Penyebab ini jarang disadari, pembelian listrik token jadi lebih banyak daripada tagihan pascabayar justru karena Anda membeli peralatan listrik baru di rumah.
Tentu saja, penambahan tersebut membuat konsumsi listrik meningkat, akibatnya Anda harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membeli token listrik.
Jadi, ketika Anda merasa biaya listrik jadi lebih tinggi, coba bandingkan terlebih dahulu jumlah alat-alat listrik ketika masih menggunakan meteran pascabayar dengan sekarang di meteran token.
3. Pola Pemakaian Berubah
Okeylah, Anda mungkin telah memastikan bahwa tidak ada penambahan alat listrik baru, tetapi sudahkah Anda memperhatikan pola pemakaian listrik sehari-hari?
Jangan-jangan setelah menggunakan listrik token ada perubahan pola pakai listrik, misalnya beberapa peralatan menyala lebih lama dari biasanya.
Pada musim kemarau, cuaca panas membuat intensitas penggunaan kipas angin dan AC jadi meningkat membuat Anda harus menghabiskan watt lebih banyak.
Atau bisa juga, ada penambahan anggota keluarga baru, otomatis pemakaian listrik juga bertambah.
Kesimpulan
Jadi, dari segi penggunaan listrik, antara meteran listrik token dan meteran lama konsumsinya sama saja, tidak ada yang lebih hemat atau lebih boros.
Sebab, meteran listrik itu hanyalah alat yang berfungsi untuk mengukur pemakaian listrik dan tidak ada fungsi penghematan pada alat ini.
Demikianlah uraian tentang lebih hemat mana antara listrik token atau meteran lama pascabayar, bagikan jika dirasa bermanfaat, terima kasih.
Posting Komentar untuk "Lebih Hemat Listrik Token atau Meteran? Ini Perbandingannya!"